Janji Di Detik Terakhir *Part 3*


              “Waduh Nis, Nis... makan roti ajah, sampai lompat keluar rotinya. Mungkin faktor terlalu lapar ya?” tanya Theo sambil mengelap mulutku dengan sapu tangan yang dia miliki. “hehehe. Mungkin juga.” jawab ku singkat. “Nis, lihat deh gunung di sana. Indah bukan? Nah, jika nanti aku sudah besar aku akan mengajak kamu untuk menaiki gunung itu dan melihat seluruh keindahan alam dari atas gunung itu.” Ucap Theo. “bener yah? Awas! Itu sudah aku catat dalam pikiranku sebagai janji seorang Theo. hehhee” jawab ku sambil ketawa kecil. “Dorrrr!!!” tiba-tiba Ismi dan Brandon datang menghampiri kita dan mengageti kita. “aduhh, Ismi.. Ismi... kalau mau ngagetin itu suara nya berfariasi dong, jangan cuma “Dorrr!” ajah, Balon meletus ajah bunyi nya “Dorr!” kali kali kan bisa “Diiirr!!” atau “Deerr!!” gitu?” Jawabku menyinggung nya.
            “Alah Nisa, Nisa... mau ngagetin orang ajah syarat nya banyak amat. Dasar bawel” Ucap Ismi menyinggungku kembali. “Udah lah kalian ini, sesama orang bawel dilarah saling mendahului” singgung Brandon kepada ku dan Ismi. “Dari pada bosen kita main petak umpet ajah yu, lumayan banyak pohon juga disekitar sini.” Usul Brandon. “tapi boleh ya kalau bersembunyi di sebrang jalan sana, kan bagus juga tuh kebun teh.” Saran Ismi. Tanpa berfikir lama lagi kita langsung memilih siapa yang akan menjaga dan menghitung. “Hompimpah alaihum gambreng, nek, ijah pke baju rombeng” Ternyata tanganku beda sendiri. Huft.. terpaksa aku yang harus jaga, dan menghitung nya sampai 25.
            “Udah nis kamu harus sportif yah, jangan murung muka nya. Menghitung nya juga Cuma sampai 25 ini kok! Enggak sampai seratus jadi tidak membuatmu lelah karena menghitung, oh iya inget yah sama janji aku yang akan mengajak mu di puncak gunung itu. Ya sudah... kamu mulai mengkitung ya!” Ucap Theo memberi semangat padaku sambil mengelus kepalaku. Aku sebenarnya senang diperlakukan seperti ini. Karena di rumah aku selalu di cuekin sama kedua orang tuaku. Mereka sibuk dengan pekerjaan nya masing-masing dan mereka jarang sekali memerhatikan ku sebaik Theo tadi. Baru pertama kalinya aku di semangati oleh seseorang. Biasanya sih pada cuek bebek banget sama aku.
            Aku sedang asyik menghitung, Brandon dan ismi telah menemukan tempat persembunyian nya. Tinggal Theo yang masih bingung dimana ia akan bersembunyi, dia mencari akal untuk bersembunyi di balik pohon tetapi badan dia yang lumayan besar tidak tertutupi semua oleh batang pohon itu. Theo pun bingung, dia panik karena hitungan pada saat itu sudah sampai 10. Theo orang nya memang ganpang panik, karena kapanikan nya ia mungkin bisa bertingkah aneh, hilang semua ingatan, dan berbicara sendiri. Dan pada saat itu dia sedang dilanda kepanikan yang sangat berat karena hitungan sudah sampai 15.
            Dia berfikir untuk menyebrang ke sebrang jalan sana karena di sebrang jalan sana ada kebun teh yang sangat lebat, pada saat dia menyebrang dia tidak melihat kiri dan kanan terlebih dahulu karena kepanikan yang sangat dahsyat. Pada saat dia menyebrang ternyata ada mobil yang sedang melaju cepat dari arah kanan. Dan “Braaaaakkkkkk!”, seketika pun nyawa Theo telah di ambil oleh sang ilahi di tempat itu. Sang pengendara mobil itu pun melarikan diri karena dia takut dikenai hukupan berat dan mungkina akan di penjara.
 -Bersambung.....-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SATU HARI DI TRANSMART BUAH BATU

'Ngerjain' PR Matematika ya? Harus Banget ya?

Bertamasya ke Kebun Binatang Bandung