Janji Di Detik Terakhir *Part 2*
Dari pada pusing dengerin setakan demi
sentakan yang diberikan oleh kak Guntur dan memang tidak ada manfaatnya juga
buat aku, mendingan aku, Theo, dan Ismi membuat forum sendiri yang tak kalah
seru dari mereka disana. Theo dan Ismi malah asyik bermain kartu, sedangkan aku
terdiam sendiri menatapi indahnya langit yang diwarnai oleh warna-warni cahaya
bintang. “Eh, liat deh di langit itu ada 3 bintang yang paling bersinar di
sana! Itu ibaran kita loh!” ucapku kepada Ismi dan Theo yang sedang asyik
bermain kartu. “wah, masa Nis, mana aku ingin lihat bintang itu!” tanya Ismi
kepadaku. “itu lihat yang disitu!” jawabku sambil menunjukan bintang itu.
“Tunggu Nis,
bintang itu ada 3 yang paling bersinar diantar saudara nya yang lain, tapi kok
ada satu yang paling besar yah? Mungkin kalau diantara kita bertiga bintang itu
adalah Theo, iya kan? Karena dia yang paling besar dan tinggi diantara kita
bertiga.” Ucap Ismi polos sambil melirik Theo yang ada di sebelahnya. Memang
postur tubuh Theo itu seperti Atlet. Sudah tinggi, besar juga. Jadi, yang
dikatakan oleh Ismi itu benar. “Ismiii!!! Malem-malem gini masih saja bikin aku
emosi. Tau enggak, kalau aku emosi itu bumi ini bisa hancur tau!” Ucap Theo
dengan nada kesal. “Sudah-sudah kalian ini jangan berantem terus dong,
kelihatan nya kayak anak kecil tau. Sadar dong kalian itu sudah kelas 1 SMP,
bukan kelas 1 SD lagi! Dan kalau kalian berantem terus ketahuan sama dua kakak
kelas itu, urusan nya lebih berat lagi.” Aku pun mencoba melerai mereka berdua.
“Hoaaamm... Ngantuk ah, berantem sama Theo, mendingan tidur yuk Nis,” Sambung
Ismi. “Ya sudah sana, aku juga bosen ngedengrin nenek sihir marahmarah terus!”
Ucap Theo kesal sambil membuang muka untuk Ismi.
“kak! Aku mau
usul gimana kalau kita pagi ini mengadakan pentas seni? Ya supaya ada kesan
saja selama 5 hari di perkemahan ini, gimana kak?? Boleh kan?” tanya Brandon
kepada kak Andik. Kebetulan kak Andik adalah ketua Osis di sekolah kami. “oke
sip, siapa yang mau menampilkan karnya nya terlebih dahulu?” tanya kak Andik
kepada kita semua. “hooaaaammhh... Masih ngantuk tau, tapi kok ada suara yang
ribut-ribut gitu yah, ada apaan sih??” keluhku saat aku baru bangun tidur dan
keluar dari tenda lalu melihat keadaan sekitar yang ramai. “Woy, bangun woy!
Bangunn!! Theoo!! Brandon bangun!!!” teriakku dan Ismi membangunkan Theo dan
Brandon. Tapi tidak ada sekit pun sahutan dari mereka, karena aku penasaran,
aku membuka tenda mereka. Dan apa yang ku kira bener terjadi, merka sudah
bangun terlebih dahulu dan meninggalkan tenda.
“Ngapain kalian membuka
tenda kita? Adakah masalah dengan gangguan jiwa kalian?” tanya Brandon iseng.
“enggak, aku.. aku.. aku cuma memastikan saja kok kalau kalian ada di dalam
tenda atau tidak. Begitu maksudku.” Jawabku bingung dengan nada terbata-bata.
“Nis, nih ada roti sama susu buat sarapan kamu, aku udah kenyang kok, jadi kamu
makan ajah.” Theo menawarkan sebuah roti isi coklat dan segelas susu coklat.
“Makasih banyak Theo, kebetulan aku juga lagi lapar banget nih.” Aku pun segera
memakan roti itu sampai habis. Theo pun duduk di samping aku, dia yang sedang
asyik memandangi indah nya alam di pagi hari sambil menghirup udara segar yang
di sediakan oleh pegunungan dan danau sekitar, tiba-tiba kaget ketika mendengar
aku bersin dan roti yang ada didalam mulut ku ini pun lompat semua keluar dan
sebagian menpel di sekitar mulutku.-Bersambung.....-
Komentar
Posting Komentar